HPK taruh disini
Biak, IDN Times - Kabupaten Biak Numfor, Papua merupakan salah satu daerah di Indonesia yang rawan tsunami. Hal ini disebabkan letak geografisnya yang berada di pinggiran lautan Pasifik.
Sejarah mencatat, 22 tahun lalu tepatnya pada 17 Februari 1996 pada pukul 14:59:30 WIT, Biak dilanda gempa bumi berkekuatan 8,2 Skala Richter, yang disusul tsunami. Hanya dalam waktu sekitar 10-15 menit, daerah sekitar Biak Utara luluh lantak.
Belajar dari pengalaman tersebut, Pemerintah Daerah Biak mulai berbenah diri. Sekretaris Daerah Kabupaten Biak Numfor Markus Oktovianus Mansnembra mengakui, pihaknya memang tak bisa mengosongkan wilayah pesisir. Sebab, mata pencaharian warga sekitar adalah sebagai nelayan.
Meski demikian, sejumlah upaya terus dilakukan untuk mengantisipasi bencana yang akan datang. Berikut penuturan Markus kepada IDN Times saat ditemui usai acara peresmian Samsung Smart Learning Class (SSLC) di SD YPK Waupnor, Kota Biak, Kabupaten Biak Numfor, Papua, pada Kamis (4/10) lalu.
1. Membuka sejumlah akses jalan menuju daerah yang lebih tinggi
Markus mengatakan, kesulitan yang dihadapi pemda dalam mengantisipasi bencana alam tsunami adalah memindahkan masyarakat di daerah pesisir.
"Biak ini kan kepulauan, otomatis masyarakatnya tinggal di pesisir. Belajar dari tsunami tahun 1996, masyarakat di pesisir memang terancam, terutama mereka yang tinggal di utara yang langsung menghadap ke Pasifik," ujar dia.
Meski demikian, Markus melanjutkan, pemda tidak kehilangan asa. Upaya lain yang ditempuh untuk mengantisipasi bencana salah satunya adalah dengan membuka akses-akses jalan di kawasan pemukiman yang lebih tinggi. "Dengan dibukanya akses jalan ini kita berharap jika sewaktu-waktu terjadi, katakanlah sudah ada gejala-gejala tsunami, masyarakat bisa cepat bergeser menyelamatkan diri," jelasnya.
2. Alat pendeteksi tidak menjamin
Meski pemerintah pusat telah memasang alat pendeteksi tsunami sejak 4-5 tahun yang lalu, menurut Markus tetap tak bisa diprediksi. Kata dia, terkadang saat bencana datang bisa saja alat tersebut tidak berfungsi dan sejumlah kemungkinan tak terduga lainnya.
"Kadang kan alat ini juga tidak menjamin, kadang bencana kan datang tak diduga. Tapi sudah ada alat pendeteksi itu," ujar Markus.
Maka dari itu, menurut Markus, masyarakatlah yang harus sadar mengenai antisipasi bencana alam.
3. Kerja sama dengan BPBD setempat
Punya Sejarah Diterjang Tsunami, Begini Cara Biak Antisipasi BencanaANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Markus tak menampik, bahwa penyuluhan dan sosialisasi tentang antisipasi bencana alam terhadap masyarakat pesisir sangat penting. Maka dari itu, Pemda Biak bersama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Biak terus memberikan sosialisi kepada masyarakat tentang titik-titik evakuasi apabila gempa bumi dan tsunami sewaktu-waktu terjadi. Rambu-rambu untuk memudahkan jalur evakuasi pun sudah dipasang.
"Kemarin kita dapat info, dan sudah antisipasi, apa benar ada badai di sekitar Pasifik, dan Biak yang diperkirakan terkena dampak. Kita sudah sampaikan informasi ini ke kepala-kepala distrik, masyarakat setempat untuk selalu waspada. Sewaktu-waktu ada gejala mereka sudah siap," ujarnya.
"Masyarakat Biak belajar dari pengalaman, itu sudah pasti. Begitu ada gejolak (bencana) masyarakat sudah tahu apa yang harus dilakukan," imbuhnya.
Sumber :