HPK taruh disini
TRIBUN-VIDEO.COM - Beberapa waktu lalu video balita selamat dari gempa dan tsunami di Palu viral di media sosial.
Dikabarkan, balita tersebut ditemukan pada Sabtu (13/10/2018) di Perumnas Balaroa, Palu.
Dilansir dari Instagram @makassar_iinfo, balita tersebut dikabarkan bertahan hidup selama dua minggu di genangan lumpur.
"Dari tanggan 28 September lalu pascagempa, anak ini bertahan hidup selama 2 minggu digenangan lumpur sampai akhirnya anak ini mengeluarkan suara tangisan di malam hari dan ditemukan oleh warga dengan selamat," tulis akun @makassar_iinfo pada Rabu (17/10/2018).
Namun, satu hari kemudian, akun tersebut membuat klarifikasi mengenai kebenaran dari berita tersebut.
Akun @makassar_iinfo melansir pernyataan pemilik video balita yang viral tersebut.
Ternyata, balita tersebut tidak ditemukan oleh warga pada Sabtu (13/10/2018) melainkan pada malam pertama gempa terjadi di Palu yaitu hari Jumat (28/9/2018).
"Penemuan anak ini ditemukan malam pertama di Desa Langaleso yang hanyut dari Desa Jono Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah (Sulteng) dan ditemukan oleh warga Langaleso 28 September 2018. Bukan di daerah Petobo maupun Perumnas Balaroa," tulis akun @makassar_iinfo pada Kamis (18/10/2018).
Dalam unggahan @makassar_iinfo, disertakan pula pernyataan dari pemilik video balita tersebut.
Dan mohon maaf ini video saya sendiri yang ambil. Kemudian video ini bukan kejadian di daerah Petobo dan bukan di daerah Balaroa apalagi ada yang posting 2 minggu tertanam lumpur dan masih hidup.
Yang jelasnya balita ini didapat di daerah desa Langaleso," tulis akun Moh Ujhank Pradisty Pradisstyy.
Menurut keterangan akun @makassar_iinfo, balita tersebut ternyata dibawa oleh lumpur pada malam pertama Gempa terjadi di Palu bersama ibunya.
Dikabarkan, bayi dan ibunya selamat dari bencana likuefaksi tersebut.
Keduanya ditemukan oleh warga Desa Langaleso bersama rekan-rekan dari majelis ziarah.
Tak hanya balita dan ibunya itu saja, warga juga membantu seratus lebih korban gempa yang terbawa lumpur.
Proses evakuasi itu disebut berlangsung dari malam hingga pagi hanya dengan alat seadanya seperti senter dan tali untuk mengikat tubuh korban agar bisa menyebrangi lumpur yang cukup dalam.
Sumber :