Dolar AS Nyaris Rp 15.300, Sri Mulyani Pun Bicara

HPK taruh disini

Jakarta - Nilai dolar Amerika Serika (AS) terus mengalami penguatan terhadap sejumlah mata uang negara berkembang, salah satunya Indonesia.
Nilai dolar AS terhadap rupiah hampir menyentuh Rp 15.300 pada perdagangan kemarin (8/10/2018). Pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun langsung angkat suara terkait dengan dinamika kurs dolar AS itu.

1. Dolar AS Kemarin Dibuka 15.200, Sorenya Nyaris Rp 15.300

Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah siang ini menembus level Rp 15.200. Kurs dolar AS sebelumnya berada di level Rp 15.190.

Nilai tukar dolar AS berada di level tertingginya di Rp 15.200 dan level terendahnya di Rp 15.185 seperti dikutip dari Reuters, Senin (8/10/2018).

Mata uang Paman Sam terus menguat seiring membaiknya kondisi ekonomi AS di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump. Angka pengangguran AS turun hingga 3,7% pada periode September 2018 dan merupakan yang terendah dalam 49 tahun.

Suku bunga acuan AS juga baru saja dinaikkan ke level 2-2,5%. Kenaikan suku bunga acuan AS sudah diprediksi oleh pelaku pasar seiring membaiknya data perekonomian AS.

Diperkirakan The Fed masih akan melakukan penyesuaian suku bunga sekali lagi di tahun ini dan tiga kali di tahun depan.

Mata uang negeri Paman Sam itu terus bergerak menguat, di mana pada perdagangan sore harinya satu poin lagi menjadi Rp 15.300. Per pukul 15.10 WIB, US$ 1 berada di Rp 15.299 di perdagangan pasar spot.

Demikian dikutip dari data perdagangan Reuters, Senin (8/10/2018). Dolar AS pada hari ini bergerak dari level Rp 15.185 hingga 15.299.

Jika ditarik dalam satu minggu ke belakang, rupiah tercatat sudah mengalami pelemahan hingga 1,72%. Rupiah juga melemah. Tak cuma dolar AS, dolar Singapura juga terus menguat terhadap rupiah.

Faktor eksternal masih dinilai menjadi pengaruh kuat rupiah terus tertekan. Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM Tony Prasetiantono menilai bahwa ekonomi Indonesia saat ini tengah tertekan ketidakpastian global.

Tekanan yang dimaksud, kata Tony terlihat dari nilai rupiah terhadap dolar AS yang terus melemah. Pelemah kurs rupiah juga dipicu defisit transaksi perdagangan dan transaksi berjalan.

Namun menurut Tony, kondisi ekonomi nasional saat ini masih sehat, terlihat dari tren pertumbuhan ekonomi yang berada di level 5%, inflasi terkendali di level rendah, dan kondisi perbankan nasional yang masih sehat.

2. Perusahaan Pikir-pikir Jual Saham saat Dolar AS Ngamuk

Nilai tukar rupiah terus terombang ambing dan pasar modal juga ikut bergerak tak menentu.

Kondisi ini membuat perusahaan-perusahaan menahan diri untuk menghimpun dana dari pasar modal. Meski begitu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tak melihat hubungan antara gejolak perekonomian dengan rencana aksi korporasi perusahaan.

"Nggak ada sih, emang fund raising-nya turun, jumlahnya yang datang ke kita memang menurun dibanding tahun lalu. Mungkin karena tahun 2017 tuh besar banget jadi mungkin beberapa perusahaan sudah ngambil yang sebelumnya," kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen di Gedung BEI, Jakarta, Senin (8/10/2018).

Meski begitu, Hoesen melihat potensi penghimpunan dana di pasar modal tahun ini akan menurun di banding tahun sebelumnya. Dia memprediksi fund raising di pasar modal tahun ini tak sampai Rp 200 triliun, padahal BEI pernah menargetkan tahun ini mencapai Rp 253 triliun.

3. Sri Mulyani Buka Suara

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan nilai dolar AS ini akan terus bergerak ke satu titik ekuilibrium baru seiring langkah The Fed yang akan menaikkan suku bunganya beberapa kali di tahun depan.

"Nomalnya ekuilibrium belum tercapai karena yang dikatakan Powel (gubernur The FED) akan berlangsung sampai tahun depan," kata Sri Mulyani di Melia Hotel Nusa Dua, Bali, Senin (8/10/2018).

Nilai dolar AS yang hampir menyentuh Rp 15.300 ini juga dipicu data perekonomian negeri Paman Sam sendiri yang terus membaik dan perkembangannya sangat cepat, khususnya kenaikan imbal balik (yield) pada obligasi 10 tahun yang bunga sudah 3,4%.

"Kan hari ini kalau kita lihat data di AS yang dipicu oleh yield 10 tahun bond AS yang meningkat luar biasa tajam sudah di atas 3,4%, ini unpresedented selama ini, jadi kita melihat dinamika ekonomi AS itu masih sangat mendominasi dan pergerakannya cepat sekali," ungkap dia.

Sumber
close
==[ Klik disini 2X ] [ Close ]==